atau yang biasa disebut CONFESSIONS
yaitu cerita film pembalas dendaman antara seorang guru kepada murid sekolahnya yang telah membunuh anak guru tersebut
nah kita mulai sekarang yaa
Director :
Tetsuya Nakashima
Cast :
Takako Matsu
Kaoru Fujiwara
Yukito Nishii
Ai Hashimoto
Yoshino Kimura
Distributor :
Toho Company
Genre :
Thriller, Drama
Tetsuya Nakashima
Cast :
Takako Matsu
Kaoru Fujiwara
Yukito Nishii
Ai Hashimoto
Yoshino Kimura
Distributor :
Toho Company
Genre :
Thriller, Drama
Film dibuka dengan dimulainya hari yang baru sekaligus hari terakhir sekolah bagi seluruh murid SMP kelas 1B sebelum liburan tiba. Kebahagiaan akan berakhirnya masa-masa sibuk bersekolah tampak menyelimuti raut wajah mereka semua. Suasana ceria sangat tergambar lewat ributnya kelas tersebut dan aktivitas mereka di hari terakhir. Di hari terakhir sekolah itu masing-masih murid dibagikan susu kotak segar oleh sang guru, Yuuko Moriguchi (Takako Matsu). Seiring waktu berjalan, mereka tetap menikmati susu tersebut di hari yang mereka anggap sangat menyenangkan. Keributan tersebut tidak menghambat Moriguchi untuk berbicara, walaupun tetap saja tidak dihiraukan.Secara perlahan kelas berubah menjadi hening saat Moriguchi menyatakan beberapa pengakuan dirinya, yang pertama adalah bahwa hari itu adalah hari terakhir dirinya mengajar di sekolah tsb.
Pengakuan demi pengakuan terus berlanjut dan tambah seru untuk didengar. Hingga akhirnya seisi kelas dikagetkan oleh pengakuan ibu Moriguchi yang menyatakan bahwa putri tunggalnya, Manami, meninggal di kolam sekolah bukan karena kecelakaan melainkan tewas dibunuh. Dan tidak hanya itu, pengakuan wanita pucat tersebut bertambah mencengangkan saat dirinya menyatakan pembunuhnya adalah dua murid di kelas tersebut yang ia beri label si A dan si B. Dan tunggu dulu, pengakuan belum berhenti. Moriguchi mengakui telah menyuntikkan darah dari orang terinfeksi virus HIV ke dalam susu yang diminum dua orang yang paling bertanggung jawab atas kematian putri tercintanya tersebut. Secara tidak langsung semua siswa akhirnya tau siapa kedua anak tersebut lewat ciri-ciri yang dibeberkan Moriguchi. Awal penderitaan pun dimulai paska kepergian Moriguchi.
Ternyata tidak hanya hollywood atau orang seperti Nolan yang bisa membuat film cerdas seperti apa yang ditawarkan Confessions disini. Dengan premis yang sederhana dan biasanya digunakan untuk film-film genre slasher atau horror, Tetsuya Makashima, selaku sutradara berhasil mengeksekusi premis tersebut lewat jalan cerita yang sangat tereksplor dan mempunyai makna berikut tujuan yang lebih dalam, yang alhasil Confessions merupakan sebuah thriller-phsycology-drama. Setelah sebelumnya berhasil menuai banyak respon baik berkat karyanya Memories of Matsuko yang saya sendiri belum nonton, Makashima sekali lagi sukses merubah tema tersebut menjadi sesuatu yang berbeda lewat ide-ide brilian yang ia sematkan. Film asia memang tidak sedikit yang bagus bahkan sangat bagus, dari keseluruhan asia memang asia timur lah yang menurut saya adalah sumber film-film asia keren yang memang terbukti bagus-bagus. Nggak tau kenapa saya tidak bisa menikmati film-film thailand yang belakangan ini lagi banyak ditonton orang indo, mungkin karena nggak ada pilihan lain kali ya secara film hollywood nggak bisa masuk hahaha.
Tidak seperti film sebangsanya, Confessions bukanlah sebuah slasher yang memberikan kita pengalaman menonton sadis ala Saw, I Saw The Devil, ataupun Death Bell mungkin yang memiliki tema yang sama, yaitu balas dendam. Confessions tidak berpusat pada bagaimana cara orang tersebut membalaskan dendamnya berikut proses lewat aksi bunuh-bunuhan. Bukan. Tapi apa yang coba dituturkan disini adalah bagaimana dampak berikut penderitaan yang nantinya akan menimpa si pelakunya nanti, ya, hukum tabur tuai. Hukum tabur tuai sama halnya dengan karma, mungkin banyak yang masih merasa asing dengan 'hukum' ini karena itu adalah salah satu hal yang pasti lebih dimengerti orang nasrani. Film dibuka dengan narasi dari seorang Moriguchi lewat pengakuannya yang sangat panjang, sekitar 30 menit. Dan untungnya waktu panjang yang dipakai untuk monolog itu sama sekali tidak membosankan. Suasana berubah seiring bertambah tegangnya pengakuan ibu guru tersebut. Dengan atmosfir kelam yang semakin menyelimuti film, nyatanya kita tidak akan dibuat tegang secara berlebihan berkat sisi sinematografi yang lagi-lagi dieksekusi denga sangat rapi. Angle pengambilan gambar, trik slow-motion, sampai scoring film seakan menimbulkan tanda tanya dalam benak saya; apa sih film ini? Apa sebenarnya yang coba dijadikan 'barang seru' film ini?.
Saya suka dengan slow-mo yang sedikit mendominasi 106 menit durasi film berikut scoring yang sangat bertolak belakang dengan atmosfir yang lahir di segi naskah filmnya sendiri. Itulah yang saya suka, dua unsur digabungkan jadi satu hingga akhirnya semuanya campur aduk; kadang suasana terasa tegang, tapi tiba-tiba bisa berubah jadi agak cerah gitu. Hmmm cara yang sempurna untuk memberikan watch-experience yang sedikit berbeda. Dan film tidak hanya berpusat pada tema balas dendam itu sendiri, ada juga isu lain yang coba disematkan walau bukanlah isi dari jalannya cerita, diantaranya kenakalan remaja dan bullying yang banyak terjadi di lingkungan sekolah. Bagaimana bisa adegan-adegan bullying atau kenakalan tersebut bukanlah inti dari cerita Confessions sendiri? Lihat saya aksi bullying yang terjadi di atap sekolah yang sekedar dipertontonkan sebagai selingan dan tidak dijelaskan siapa itu mereka, selain itu coba juga lihat penekanan pengambilan gambar yang sering menyorot aktivitas anak-anak di kelas seperti make-up, main di kelas, dan juga mengaktifkan telepon selular di kelas. Ada juga isu hak perlindungan anak dan kekerasan dalam lingkungan keluarga yang sangat jelas digambarkan disini. Selipan adegan-adegan tersebut semakin menambah kesan alami dan tidak terlalu dibuat-buat. Tidak hanya itu, semua itu adalah cara sempurna untuk menyindir kualitas pendidikan yang semakin menurun.